0
Ini Respon Gus Mus Ketika Dilecehkan dengan Kata "Bid'ah Ndasmu" - Akun Twitter Pandu Wijaya (@panduwijaya_) mendadak menjadi perbincangan di sosial media ketika ia melakukan salah satu cuitan di sosial media dengan kata-kata kasar kepada salah satu Ulama' Kharismatik Nahdlatul Ulama' yaitu KH Mustofa Bisri atau yang sering disapa Gus Mus. Cuitan tersebut yakni Bid'ah Ndasmu yang ditujukan ke Gus Mus juga langsung mendapat kecaman dari masyarakat terlebih adalah warga organisasi Nahdlatul Ulama' .
Gus Mus

Cuitan Pandu wijaya yang menjadi perbincangan di media sosial dan khalayak rame sebenarnya meruapakn balasan setelah Gus Mus membuat status Rabu (23/11/2016) kemarin, Gus Mus melalui akun @gusmusgusmu mengatakan :

  1. Aku dengar kabar di ibu kota akan ada Jum’atan di jalan raya. Mudah2an tidak benar.
  2. Kalau benar, wah dalam sejarha Islam sejak zaman Rasulullah SAW baru kali ini ada BID’AH sedemikian besar. Dunia Islam pasti heran. 
Nah cuitan Twitter Pandu Wijaya (@panduwijaya_) yang menuai banyak kecaman dari masyarakat terkhusus Nahdlatul Ulama' sebagaimana berikut:
@gusmusgusmu Dulu gk ada aspal gus di padang pasir, wahyu pertama tentang shalat jumat jga saat Rasulullah hijarh ke madinah. Bid’ah Ndasmu!

Gus Mus pada Rabu (23/11/2016) pukul 22.30 WIB kemudian secara tidak langsung merespon melalui media sosial Facebook sekaligus menyindir secara halus akun Twitter Pandu Wijaya dengan megatakan Kalau ada yang menghina atau merendahkanmu janganlah buru-buru emosi dan marah. Siapa tahu dia memang digerakkan Allah untuk mencoba kesabaran kita. Bersyukurlah bahwa bukan kita yang dijadikan cobaan.

Walaupun beberapa kali akun Twitter Pandu Wijaya (@panduwijaya_) melakukan permintaan maaf ke Gus Mus dan beberapa akun namun nasi sudah menjadi bubur. melalui akun Johan Wahyudi anggota Banser DKI Jakarta juga mendatangi PT Adi Karya untuk mengklarifikasi pernyataan tersebut.

Kebijaksaan Gus Mus dalam merespon hinaan dari pandu wijaya menuai banyak pujian salah satunya dari akun Shuniyya Ruhama yang mengatakan sebagaimana berikut:

MATUR SEMBAH NUWUN YA SYAIKHINA
KH. Ahmad Mustofa Bisri

Matur sembah nuwun ya Syaikhina. Panjenengan tidak sekedar memberi contoh, tapi sudah menjadi contoh bagi kami semua. Menempatkan akhlak di atas ilmu. Tawadluk yang luar biasa. Memaafkan yang telah menghardik panjenengan tanpa syarat apapun. Padahal dengan kharisma panjenengan saat ini, terlalu mudah untuk melibas si dia yang masih ingusan itu.

Matur sembah nuwun ya Syaikhina. Suasana yang mendidih segera adem. Apalagi saudara kita, Mas Pandu, sudah legowo minta maaf. Mudah-mudahan menjadi pembelajaran yang sangat berharga baginya dan orang-orang seperti dia. Menganggap dunia maya itu bebas menulis, memaki tanpa dituntut tanggungjawab apapun. Sehingga membuat sebagian dari penggunanya kehilangan adab. Adab kebanggaan bangsa Indonesia.

Matur sembah nuwun ya Syaikhina. Ijinkan kawulo untuk sedikit curhat colongan di sini. Ketika mendapat kabar ini, dari lubuk hati yang terdalam, kawulo sangat geram. Lebih-lebih, wall dan inbox FB banjir kiriman dan permintaan pendapat dari para sahabat. Para pecinta panjenengan. Kawulo hanya diam. Tidak berani berkomentar sedikitpun. Tidak ingin menambah luka panjenengan. Hanya bisa menjawab, “Mudah-mudahan menjadi pembelajaran berharga bagi Mas Pandu”. Hanya itu saja yang bisa kawulo tulis.

Matur sembah nuwun ya Syaikhina. Sebenarnya, kawulo juga ingin menimpali, “Kang, titip ngaplok Ndase Pandu, nggih”. Tapi kawulo tidak ingin menambahi luka hati panjenengan. Bagaimanapun juga Mas Pandu juga umat Kanjeng Nabi, yang saat ini panjenengan rekso sebagai tugas warotsatul anbiya’. Siapa tahu kelak hatinya dibuka untuk menerima hidayahNya.

Matur sembah nuwun ya Syaikhina. Kawulo menyadari bahwa sikap tawadluk seorang Ulama adalah sabar dan memaafkan ketika dicaci dan dihardik sedemikian rupa. Sementara kami, para murid, pecinta, dan umat yang penjenengan rekso, sikap tawadluk kami adalah marah dan memberi reaksi keras atas kejadian ini. Kalau kami diam namanya bukan tawadluk tapi bodoh. Mohon maaf jika reaksi kami menurut panjenengan sudah berlebihan.

Matur sembah nuwun ya Syaikhina. Semoga panjenengan senantiasa diberi kesehatan lahir dan batin, dan selalu istiqomah fi thoatillah. Sungkem takdzim selalu saking kawulo, yang mencintai panjenengan .

Shuniyya Ruhama
Pengajar Ponpes Tahfidzul Quran Al Istiqomah Weleri-Kendal

Post a Comment

Silahkan di Share kalau dianggap bermanfaat

 
Top